Suku Jawa berasal
dari Pulau Jawa itu sendiri. Masyarakat di Pulau Jawa ini pun dikenal dengan
budaya yang masih sangat kental. Karena kentalnya sampai saat ini pun kerap
sering dilakukan adat istiadatnya. Adat istiadat ini turun temurun dari nenek
moyang yang mana sampai saat ini kerap diajarkan pada keturunan-keturunan suku
jawa. Sehingga adat istiadat ini tetap terjaga hingga saat ini.
Tidak hanya adat
istiadat pada momen yang menggembirakan namun Suku Jawa sebagai salah satu suku
terbesar di Indonesia juga memiliki adat istiadat pada momen yang menyedihkan. Salah
satunya adalah adat istiadat pada saat kematian.
Terdapat banyak sekali adat
istiadat, ritual, upacara yang dilakukan Suku Jawa antara lain:
1. Upacara Mendhak
Tradisi Mendhak adalah salah satu ritual
dalam adat istiadat kematian budaya Jawa. Upacara tradisional ini
dilaksanakan secara individu atau berkelompok untuk memperingati kematian
seseorang. Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk upacara tradisional
Mendhak adalah tumpeng, sega uduk, side dishes, kolak,ketan, dan
apem. Terkadang, sebelum atau sesudah upacara Mendhak dilaksanakan,s anak
keluarga dapat mengunjungi makam saudara mereka.Upacara tradisional ini
dilaksanakan tiga kali dalam seribu hari setelah hari kematian. Pertama disebut
Mendhak Pisan, upacara untuk memperingati satu tahun kematian (365 hari), kedua
disebut Mendhak Pindho sebagai upacara peringatan dua tahun kematian, ketiga
disebut sebagai Mendhak Telu atau Pungkasan atau Nyewu Dina, yang dilaksanakan
pada hari ke seribu setelah kematian.
2. Upacara Surthanah
Upacara Surtanah bertujuan agar arwah atau
roh orang meninggal dunia mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan. Untuk
upacara ini perlengkapan upacara yang disiapkan dibedakan bedasarkan kasta.
Untuk golongan bangsawan perlu menyiapkan tumpeng asahan lengkap dengan lauk,
sayur adem yang tidak boleh pedas, pecel dengan sayatan daging ayam
goreng/panggang, sambal docang dengan kedelai yang dikupas, jangan menir,
krupuk, rempeyek, tumpeng ukur-ukuran, nasi gurih, nasi golong, dan pisang
raja. Sedangkan untuk golongan rakyat biasa antara lain, tumpeng dengan
lauknya, nasi golong, ingkung dan panggang ayam, nasi asahan, tumpeng pungkur,
tumpeng langgeng, pisang sajen, kembang setaman, kinang, bako enak dan uang
bedah bumi.Upacara ini diadakan setelah mengubur jenazah yang dihadiri oleh
keluarga, tetangga dekat, dan pemuka agama.
3. Upacara Nyewu Dina
Upacara ini dilaksanakan untuk memohon
pengampunan bagi kerabat yang sudah menghadap maha kuasa yang dilaksanakan
seribu hari setelah kematian.Untuk upacara ini golongan bangsawan harus
menyiapkan takir pentang yang berisi lauk, nasi asahan, ketan kolak, apem,
bunga telon ditempatkan distoples dan diberi air, memotong kambing, dara atau
merpati, bebek atau itik, dan pelepasan burung merpati. Sementara pada golongan
rakyat biasa, nasi ambengan, nasi gurih, ketan kolak,apem, ingkung ayam,
nasi golong dan bunga yang dimasukan dalam lodong serta kemenyan.Upacara
tersebut diadakan setelah maghrib dan diikuti oleh keluarga, ulama, tetangga
dan para kerabat jenazah.
4. Upacara Brobosan
Upacara Brobosan ini bertujuan untuk
menunjukkan rasa hormat dari sanak keluarga kepada orang tua dan leluhur mereka
yang telah meninggal dunia. Upacara Brobosan diselenggarakan di halaman rumah
orang yang meninggal, sebelum dimakamkan, dan dipimpin oleh anggota keluarga
yang paling tua.
Tradisi Brobosan dilangsungkan secara berurutan sebagai berikut:
1. Peti mati dibawa keluar menuju ke halaman rumah dan dijunjung tinggi ke
atas setelah upacara doa kematian selesai,
2. Anak laki-laki tertua, anak perempuan, cucu laki-laki dan cucu perempuan,
berjalan berurutan melewati peti mati yang berada di atas mereka selama tiga
kali dan searah jarum jam,
3. Urutan selalu diawali dari anak laki-laki tertua dan keluarga inti berada
di urutan pertama; anak yang lebih muda beserta keluarganya mengikuti di
belakang. Upacara tradisional ini menyimbolkan penghormatan sanak keluarga yang
masih hidup kepada orang tua dan leluhur mereka. Jadi, jika yang meninggal itu
anak-anak, atau remaja, brobosan itu tidak dilakukan.
Menurut kepercayaan Jawa, setelah 1 tahun kematian, Arwah tersebut sudah
memasuki dunia abadi untuk selamanya. Untuk memasuki dunia abadi, arwah harus
menembuh jalan yang sangat panjang oleh sebab itu diadakan beberapa upacara
untuk menemani perjalanan sang arwah.
source: Aktual